Thursday, April 3, 2008

Tiga seri film KETIKA CINTA BERTASBIH .

Booming film AYAT-AYAT CINTA ternyata membawa berkah tidak hanya kepada penulis novelnya yakni Habibburrahman El Shirasyi, tetapi juga kepada perfilman nasional.
Setelah Meledaknya Film AYAT-AYAT CINTA menyusul akan difilmkan novel karya Habibburaahman El Shirasy ( atau yang biasa dipanggil kaang Abik ) berikutnya yaitu KETIKA CINTA BERTASBIH, daan tanggung-tanggung akan difilmkan dalam 3 seri berturut-turut.


Wah berarti meledaknyaa tiga kali berturut-turut dong !, nah biar kamu tidak ketinggalan alias cepat tuning jika diajak ngomongin film tersebut. Nih coba kamu baca sinospsis bukunya :

Judul buku : Ketika Cinta Bertasbih
Pengarang : Habibburahman El Shirazy

Ceritanya Subhanallah banget. Seperti beberapa novel garapan sebelumnya oleh penulis yang sama, Habiburahman El Shirazy berhasil mengaduk-aduk emosi pembaca melalui novel yang terbit dalam dua jilid ini. Meskipun di jilid pertama ini ceritanya agak loncat-loncat, namun tidak mengurangi keruntutan jalan cerita yang dibangun oleh penulis. Karya dwilogi ini masih bercerita dengan latar belakang Mesir. Pemeran utama dimainkan oleh Abdullah Khairul Azzam, seorang mahasiswa Indonesia yang datang jauh-jauh dari pelosok desa di pulau jawa untuk melanjutkan studinya di Mesir. Azzam, demikian nama panggilan pemuda itu, adalah seorang pekerja keras. Ia memiliki beberapa adik yang harus dibiayainya, hingga dengan kekhlasan hati ia harus berkorban dengan menjadi penjual bakso dan pembuat tempe. Ceritanya penuh dengan romantika yang sarat dengan hikmah. Isinya bagus serta dapat mengajari kita soal hidup, cinta dan bagaimana mengatur skala prioritas dalam mengambil tindakan. Tersebutlah bahwa Azzam adalah mahasiswa Indonesia di Al Azhar, yang belajar disana karena berhasil memperebutkan beasiswa dari Departemen Agama. Ia adalah prototype anak Indonesia yang pintar, cerdas, dan bersahaja, namun lahir dari kalangan keluarga pas-pasan.
Kecerdaan Azzam kian terbukti tatkala di tahun pertama menimba ilmu di Al Azhar ia memperoleh predikat jayyid jidda (istimewa), dan oleh karenanya ia mendapat beasiswa dari Majlis A'la.
Namun ditahun kedua, ayahnya yang tinggal di Indonesia meninggal dunia karena kecelakaan. Sepeninnggal ayahnya, ibunya sering sakit-sakitan. Padahal di Indonesia, ketiga adik perempuannya belum bisa diharapkan membantu ibunya karena baru beranjak dewasa. Yang seharusnya membantu ibu dan adik-adik nya di Indonesia adalah Azzam. Sebab dia adalah sulung di keluarganya. Azzam menyadari itu. Maka sejak saat itulah ia mengalihkan konsentrasinya. Dari belajar ke bekerja. Ia di Cairo, bekerja sambil belajar.

Pekerjaan yang dilakukan Azzam untuk menghidupi keluarganya di Indonesia adalah berbisnis tempe dan bakso. Karena lebih fokus ke bisnis, hasilnya prestasinya semakin lama semakin menurun, beberapa kali tidak naik tingkat, padahal ia sudah sembilan tahun di Mesir tapi belum lulus S1. Meskipun pada akhirnya lulus juga dengan predikat yang tidak mengecewakan, jayyid. Namun disisi lain di belahan Indonesia, keluarganya suskes berkat motivasi dan biaya hidup darinya. Adik-adik nya semua "menjadi orang

Nah siap-siap deh kamu pasti dipuasin ama film indonesia !
Yup, siapa takut !

2 comments:

Eko Eshape said...

Jadi pingin nonton juga nich. BTW sama AAC bagusan mana ya?

Jadi penasaran juga nich dengan blog ini, kayaknya santun banget dan ada hubungannya dengan kota Cikarang...

Salam

Montana T26

Gudang Kambing said...

emang benar, malah dalam film selanjutnya akan ada keterlibatan Kang Abik, biar tidak seperti AAC